Friday, October 26, 2012

HIKMAH QURBAN

 
HIKMAH CINTANYA NABI IBRAHIM AS KEPADA ALLAH SWT - Pelajaran yang bisa dipetik dari Idul Adha ini, kita kembali kepada riwayat kisah Nabi Ibrahim Alaihis Salam, yang disebut oleh Allah millah Ibrahim, yang kita diperintahkan untuk mengikutinya.

Allah SWT Berfirman : Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif. dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (Q.S. An-Nahl: 123)

Bahkan Allah berfirman bahwa orang

yang mengingkari millah Ibrahim adalah orang yang bodoh : Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri� (Q.S. Al-Baqarah: 130)

Millah ibrahim itu cirinya dua; yaitu Al Wala wal Bara. Ini pelajaran yang diberikan dalam millah ibrahim. Wala artinya loyal, mencintai, membela. Jadi kalau sudah perintah Allah anda mesti loyal, mesti cinta, apa pun bentuk perintah itu. Meskipun kelihatannya kejam, kalau perintah Allah samina wa athana : kami dengar dan kami taat.


Hikmah dengar dan taat kepada perintah Allah SWT harus membudaya kepada kaum Muslimin, perkara iman harus dibuktikan dengan pengorbanan, inilah yang bisa dipetik oleh Nabi Ibrahim ketika membela Agama Allah, mensyiarkan Agama Allah ia harus meninggalkan keluarganya dipadang tandus, dan kering.


Dikala perintah Allah SWT ditaati maka tidak ada keburukan, dan Allah SWT sangat dicintai oleh Nabi Ibrahim sekeluarga. Mencintai Allah SWT dan Agama-Nya sangat khusus di perjalanan hidup kekasih Allah SWT Yaitu Nabi Ibrahim AS. Cinta yang bukan hanya ucapan tetapi ditunjukkan dengan pengorbanan dari ketaqwaan hati yang tinggi.


Contoh loyal dalam millah Ibrahim yang

pertama adalah ketika Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menempatkan istrinya yang baru punya anak kecil di satu padang tandus yang tidak ada tumbuh-tumbuhan.

Allah SWT Berfirman : Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati� (Q.S. Ibrahim: 37)


Menurut akal itu mereka bisa mati, mereka hanya diberi bekal beberapa hari. Tapi karena ini perintah Allah, maka samina wa athana, diletakkanlah mereka.


Ketika istrinya bertanya; wahai Nabi Ibrahim mengapa anda meletakkan kami di sini? Nabi Ibrahim menjawab bahwa itu perintah Allah. Akhirnya kemudian dari sinilah sampai ada air zam-zam, lalu perintah sai dari shafa ke marwa.


Jadi hikmah qurban di sini adalah, kita harus siap berkorban untuk melaksanakan wala. Kalau perintah Allah, apa pun pengorbanannya samina wa athana. Meskipun perintah Allah ini menurut akal menyebabkan saya mati, selama ada kekuatan akan saya amalkan. Pokoknya perintah Allah mesti baik, tidak ada perintah Allah itu yang mencelakakan


Kemudian wala yang kedua ketika anaknya besar, bisa membantu ayahnya untuk mendirikan Kabah, ahlaknya baik, rupanya juga baik. Ayah mana yang tidak cinta pada anak semacam itu? Satu-satunya anak yang nantinya jadi Nabi yaitu Ismail.


Lalu timbul perintah lagi; sembelih anakmu! Karena ini perintah Allah, samina wa athana.


Allah SWT Berfirman : Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang

bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:
Sesungguhnya kami berlepas diri dari
kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja... (Q.S. Al-Mumtahanah: 4)
Dipetik daripada : Fb yusof Mansur Network

Tuesday, October 16, 2012

Mari kita belajar Al Quran

Mari kita belajar Al-Quran bersama Ustad Yusof Mansur .

SaaT ku Ke SeOrAngan

SAMA-sama lah kita ingat-mengingati sebab kita tidak lepas dari melkukan DOSA...


" Wahai anak Adam, apa yang telah engkau persiapkan saat malam pertamamu nanti di alam kubur? Tidakkah engkau tahu, bahawa ia adalah malam yang sangat mengerikan. Malam yang kerananya para ulama' serta orang-orang yang soleh menangis dan orang-orang bijak mengeluh. Apa tidaknya, kala itu kita sedang berada di dua persimpangan dan di dunia yang amat berbeza."

"Suatu hari pasti engkau akan tinggalkan tempat tidurmu (di dunia), dan ketenangan pun menghilang darimu. Bila engkau berada di kuburmu pada malam pertama, demi Allah, fikirkanlah untung nasibmu dan apa yang akan terjadi padamu di sana?"
Hari ini kita berada di dunia yang penuh keriangan dengan anak-anak, keluarga dan sahabat handai, dunia yang diterangi dengan lampu-lampu yang pelbagai warna dan sinaran, dunia yang dihidangkan dengan pelbagai makanan yang lazat-lazat serta minuman yang pelbagai, tetapi pada keesokannya kita berada di malam pertama di dalam dunia yang kelam gelap-gelita. Lilin-lilin yang menerangi dunia adalah amalan-amalan yang kita lakukan, dunia sempit yang dikelilingi tanah dan bantalnya juga tanah.
Pada saat kita mula membuka mata di malam pertama kita di alam kubur, segala-galanya amat menyedihkan, tempik raung memenuhi ruang yang sempit tapi apakan daya semuanya telah berakhir. Itukah yang kita mahukan? Pastinya tidak bukan? Oleh itu beramallah dan ingatlah sentiasa betapa kita semua akan menempuhi MALAM PERTAMA DI ALAM KUBUR! Ingatlah ayat al-Quran bagi mereka yang mahu dikembalikan ke dunia setelah mati:
"Ya Tuhanku, kembalikanlah aku semula (ke dunia), agar aku dapat berbuat amal soleh terhadap apa yang telah kutinggalkan (dahulu)." (Surah Al-Mu'minun, ayat 99-100)
Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis atas kematian dan sakaratul maut yang bakal menjemputmu?
Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis atas kuburan dan kengerian yang ada di dalamnya?
Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis kerana takut akan hausnya di hari penyesalan? Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis kerana takut kepada api Neraka di Hari Kiamat nanti?
Sesungguhnya kematian pasti menghancurkan kenikmatan para penikmatnya. Oleh itu, carilah (kenikmatan) hidup yang tidak ada kematian di dalamnya.
"Ya Allah, tolonglah kami ketika sakaratul maut!"

dipetik daripada : indahnya-mimpi-ini.blogspot.com

Monday, October 08, 2012

KUNCI KEKAYAAN HIDUP


Banyak orang kaya yang merasa seolah-olah menguasai harta, padahal dialah yang dikuasai harta. Orang yang menjadikan harta sebagai tujuan dan melakukan segala cara untuk mendapatkannya adalah orang yang telah diperbudak oleh harta dan kesenangan dunia. Rasa berkecukupanlah yang membuat orang bisa berdaya memberi dan berbagi. Sebaliknya, seseorang yang secara materi kaya, tet
api mentalnya masih berkekurangan dan tamak, tak akan mampu mengeluarkan hartanya di jalan Allah Ta’ala. Ia malah ingin menyimpan sebanyak-banyaknya lagi. Mengambil dan mengambil. Orang demikian telah diperalat oleh hartanya. Seorang yang bertauhid, hanya menjadi hamba Allah Ta’ala, bukan hamba selain-Nya. Ia hanya rela dikuasai oleh Allah Ta’ala, bukan selain-Nya.

Orang seperti Abdurrahman bin Auf mampu memberikan hartanya sampai sekian banyak bukan karena ia kaya raya, tetapi karena ia mampu menguasai hartanya
Dia pernah menyedekahkan 700 ekor unta beserta muatannya berupa kebutuhan pokok dan barang perniagaan kepada kaum Muslim. Ia juga pernah membeli tanah senilai 40 ribu dinar atau setara Rp 55 miliar untuk dibagi-bagikan kepada para istri Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan fakir miskin. Ia juga pernah menginvestasikan tak kurang 500 ekor kuda perang dan 1.500 ekor unta untuk jihad fi sabilillah.

Ketika wafat ia pun masih sempat mewasiatkan 50 ribu dinar untuk diberikan kepada veteran perang Badar. Masing-masing pahlawan mendapat jatah 400 dinar atau setara Rp 560 juta.

Tidak semestinya kelebihan harta menghalangi kita untuk meraih ridha Allah Ta’ala. Harta yang dicari dengan jalan tidak halal jelas hanya akan mempersulit perjalanan menuju Allah Ta’ala. Harta yang dicari dengan jalan halal tetapi belum digunakan di jalan Allah, juga masih belum bernilai di sisi-Nya.
Harta yang telah disedekahkan di jalan Allah Ta’ala, itulah investasi abadi yang akan dilipatgandakan balasannya oleh Allah Ta’ala. Sementara harta yang tersimpan, saat maut menjemput, pasti akan kita tinggalkan di dunia ini. Hanya amal yang akan menyertai kita menghadap Allah Ta’ala kelak.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berdabda, ”Ada tiga perkara yang mengikuti mayit sesudah wafatnya, yaitu keluarganya, hartanya, dan amalnya. Yang dua kembali dan yang satu tinggal bersamanya. Yang pulang kembali adalah keluarga dan hartanya, sedangkan yang tinggal bersamanya adalah amalnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
 
Dipetik daripada : facebook.com/pages/Yusuf-Mansur-Network/