Thursday, June 08, 2017

KEUTAMAAN ILMU ATAS HARTA

Bismillahirrahmanirrahim.
🌼 KEUTAMAAN ILMU ATAS HARTA 🌼

Hidup di dunia sementara, dunia ini akan fana dan akan ditinggalkan menuju kampung akherat, cepat atau lambat.
Manusia berbeda-beda usahanya di dunia ini, ada yang hidupnya berorentasi untuk akherat yaitu dengan beribadah, beramal shalih, menuntut ilmu. Adapula yang berorentasi untuk dunia, yaitu dengan mengejar syahwat dunia yang berupa wanita, jabatan, harta, dll.
Perbedaan orentasi dan hasrat itu karena perbedaan ilmu dan persepsi manusia. Kata “sukses” ini berbeda makna jika dikembalikan kepada masing-masing orang. Umumnya di masyarakat bahwa orang dikatakan “sukses” adalah orang yang berhasil dalam pekerjaannya, bekerja ditempat yang “basah”, gajinya besar dan tinggi kedudukannya? oleh karena itu tidak mengherankan, mereka menyekolahkan anak-anaknya disekolah yang bonafide untuk kemajuan karier mereka nanti tanpa mempertimbangkan kecukupan pendidikan agama dan akhlak mereka.
Ketika melihat orang belajar di pesantren, mereka katakan, mau jadi apa belajar di pesantren? apa bisa kaya jika belajar di pesantren?
Ketika anaknya di terima di sekolah favorite, misalnya SMA N 1, mereka sangat gembira, apalagi nanti bisa diterima di Universitas ternama dan jurusan bergengsi, mereka sangat bangga dan bahagia, karena di kemudian hari nanti anaknya akan bisa mencapai karier tinggi.
Jika anak gadisnya mau dilamar oleh seorang pemuda, maka pertama kali yang ditanyakan adalah apakah pemuda itu dari keluarga terpandang dan kaya? Apa pekerjaannya? Gajinya berapa? Sudah punya rumah belum? Adapun pertanyaan apakah dia shalih, taat, berilmu itu nomor sekian.
Maka dari sini, pentingnya untuk mengkaji masalah ini dan membandingkan antara ilmu agama dengan harta itu lebih utama mana?
Kalau dilihat dari kacamata syariat Islam, tidak diragukan lagi bahwa ilmu syar’i lebih utama dari harta, banyak di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits yang menjelaskan tentang keutamaan ilmu.
Agar tampak jelas keutamaan ilmu atas harta maka perlu dibahas perbandingan dari keduanya, sebagai berikut:
1. Ilmu lebih utama dari harta, karena keberadaan ilmu adalah warisan para rasul dan nabi-nabi. Sementara harta berupa emas, perak dan permata dilungsurkan oleh Fir'aun, Qarun, raja-raja, orang-orang kaya,
Di dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang telah mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
2. Ilmu menjaga pemiliknya, sedang pemilik harta bersusah payah memelihara kekayaannya, karena ilmu yang bermanfaat akan membimbing pemiliknya dari penyimpangan, sedangkan harta butuh untuk dijaga agar tidak hilang atau dicuri. Sehingga pemilik harta ketika keluar dari rumah takut hartanya dirampok, adapun pemilik ilmu tidak takut dirampok.
3. Allah Ta’ala mengangkat derajat para ahli ilmu, bukan pemilik harta,
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” [Al-Mujaadilah : 11]
Di zaman dahulu ada seseorang yang lehernya cacat, dan ia selalu menjadi bahan ejekan dan tertawaan. Kemudian ibunya berkata kepadanya, “Hendaklah engkau menuntut ilmu, niscaya Allah akan mengangkat derajatmu.” Sejak itulah, orang itu belajar ilmu syar’i hingga ia menjadi orang alim, sehingga ia diangkat menjadi Qadhi (Hakim) di Makkah selama 20 (dua puluh) tahun. Apabila ada orang yang berperkara duduk di hadapannya, maka gemetarlah tubuhnya hingga ia berdiri. al-‘Ilmu Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 220-221).
4. Ilmu adalah nikmat yang paling agung yang jauh dari pada nikmat harta. Lihatlah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam diberikan nikmat yang besar dengan ilmu, bukan dengan harta, Allah Ta’ala
berfirman:
وَأَنزَلَ اللَّهُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُن تَعْلَمُ ۚ وَكَانَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ عَظِيمًا
“… Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur-an) dan hikmah (As-Sunnah) kepadamu dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu sangat besar.” [An-Nisaa’: 113]
5. Orang Yang Berilmu Dikecualikan Dari Laknat Allah, keistimewan ini tidak dimiliki oleh pemilik harta, Di dalam hadits dari Abu Hurairah radhi-yallaahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُوْنَةٌ مَلْعُوْنٌ مَا فِيْهَا إِلَّا ذِكْرُ اللهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِـمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ.
“Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu dilaknat dan dilaknat apa yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya, orang berilmu, dan orang yang mempelajari ilmu.’” H.R. at-Tirmidzi.
6. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan Allah Ta’ala untuk meminta tambahan ilmu, bukan tambahan harta, ini menunjukkan keutamaan ilmu,
وَقُل رَّبِّ زِدْنِي
“dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." Q.S. Taha: 114.
7. Menuntut Ilmu Akan Membawa Kepada Kebersihan Hati, Kemuliaannya, Kehidupannya, Dan Cahayanya, berbeda dengan pencari harta. Orang yang menuntut ilmu akan bertambah rasa takut dan taqwanya kepada Allah Ta'ala. Hal ini berbeda dengan orang yang disibukkan oleh harta dan dunia, padahal harta tidak membersihkan dirinya, tidak menambah sifat kesempurnaan dirinya, yang ada hatinya akan menjadi tamak, rakus, dan kikir.
8. Menuntut Ilmu Adalah Jihad Di Jalan Allah Dan Orang Yang Menuntut Ilmu Laksana Mujahid Di Jalan Allah Ta’ala, berbeda dengan pencari harta yang tidak termasuk jihad fi sabilillah.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
مَنْ دَخَلَ مَسْجِدَنَا هَذَا لِيَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ لِيُعَلِّمَهُ كَانَ كَالْـمُجَاهِدِ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ، وَمَنْ دَخَلَهُ لِغَيْرِ ذَلِكَ كَانَ كَالنَّاظِرِ إِلَى مَا لَيْسَ لَهُ.
“Barangsiapa yang memasuki masjid kami ini (masjid Nabawi) dengan tujuan mempelajari kebaikan atau mengajarkannya, maka ia laksana orang yang berjihad di jalan Allah Ta’ala. Dan barangsiapa yang memasukinya dengan tujuan selain itu, maka ia laksana orang yang sedang melihat sesuatu yang bukan miliknya.” Hadits hasan: Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (no. 87-at-Ta’liiqaatul Hisaan), Ibnu Majah (no. 227), Ahmad (II/350, 526-527), Ibnu Abi Syaibah (no. 33061), dan al-Hakim (I/91), dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu.
9. Mencintai ilmu dan memilikinya adalah mata air kebajikan. Adapun mencintai harta, baik di kala berpunya maupun papa, adalah sumber keburukan. Hal ini disebutkan dalam sebuah hadits dari Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu , ia berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
“Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan membuatnya faham tentang agamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
10. Kekayaan akan berkurang jika dibelanjakan, sedangkan pengetahuan akan bertambah jika dibagikan atau diajarkan.
11. Nilai orang kaya ada pada hartanya dan nilai orang yang berilmu ada pada ilmunya. Apabila hartanya lenyap, lenyaplah nilainya dan tidak tersisa tanpa nilai, sedangkan orang yang berilmu nilai dirinya tetap langgeng, bahkan nilainya akan terus bertambah.
12. Nabi Adam ‘alaihissalam diciptakan, lalu dibekali ilmu, dan bukannya harta sehingga membuatnya unggul di hadapan malaikat dan menerima sujud penghormatan mereka.
13. Harta dapat diperoleh orang-orang mukmin maupun kafir, orang baik maupun orang jahat. Sedangkan ilmu yang bermanfaat hanya dapat diperoleh orang-orang yang baik dan beriman.
14. Orang yang tamak ilmu, maka dia terpuji, berbeda dengan orang yang tamak harta, karena dia tercela.
15. Para pemilik harta mudah dijangkiti kesombongan hingga mengaku tuhan, Adapun para pemilik ilmu dikaruniai sifat takut kepada Allah dan rendah hati di harapan sesama insan."
Demikianlah di antara keutamaan ilmu atas harta, semoga hal ini bisa mengubah mainset kita, sehingga lebih mengutamakan ilmu daripada harta. wallahu a’lam.
🖋 Ustadz Agus Santoso, B.A., M.P.I

Kredit untuk : Ildasari Daulay
[ + Comment ]
ADA/IkLAN :SATU KAD SATU KELURGA SATU HARGA .
Medical card Murah Gila harga dari serendah RM 67.00
Bergantung pada terma dan syarat* .
Call @ Wahsapp : 0167158499 - A.hbo

No comments: